Latest News
Saturday, July 12, 2025

Ketulusan yang Tak Bisa Dibeli, Tak Bisa Ditundukkan

Keteguhan yang tak bisa dibeli, semangat yang tak bisa ditundukkan. Gambaran ketulusan yang dilandasi nurani. Foto perjuangan Tentara Pelajar dan Kompi Gatotkaca menghadapi pasukan Belanda di Mlati, Sleman pada 22 Mei 1949. Foto diambil di Benteng Vredeburg, Yogyakarta pada 29 Juni 2024 pukul 17.54 WIB.

Saya menemukan sebuah kalimat dalam The Noisy Mansion*) yang begitu menggugah.

"Orang yang paling menakutkan di dunia adalah seseorang yang berusaha memperbaiki kehidupan semua orang meskipun itu tak memberinya sepeser pun."

Pernyataan dalam The Noisy Mansion ini memuat makna yang paradoksal. Dapat bermakna positif sebagai penghormatan kepada orang-orang idealis, pejuang sosial, atau aktivis murni. Namun bisa juga dipandang sebagai sesuatu yang mengusik, karena dalam dunia yang penuh kepentingan, ketulusan yang absolut sering kali dianggap mencurigakan atau bahkan mengancam. Makna paradoksal ini semakin terasa jika kita melihat lebih dalam, bahwa seseorang yang tak bisa dibeli dan tidak mudah dipengaruhi dapat menjadi sosok yang mengguncang tatanan.

Dalam konteks ini, kata "menakutkan" menjadi metafora untuk ketulusan yang radikal yaitu ketulusan yang terlalu asing dan tak terjangkau bagi dunia yang terlalu transaksional. Kalimat ini akhirnya menjadi semacam penghormatan tersembunyi terhadap kekuatan moral yang langka, yaitu ketulusan yang murni, yang justru membuat dunia merasa gentar karena ia tidak bisa dikendalikan.

Fenomena ini bukan sekadar teori. Ketulusan semacam ini telah hadir nyata dalam sejarah melalui tokoh-tokoh besar yang mengguncang dunia. Bukan dengan kekuasaan, tapi dengan nilai moral yang tak tergoyahkan. Sepanjang sejarah, kita melihat figur-figur seperti ini. Mereka tak selalu memegang jabatan formal, tak memiliki kekuatan militer, bahkan sering datang dari kehidupan yang sederhana. Namun kekuatan moral mereka tak tergoyahkan, dan karena itulah mereka "menakutkan" bagi sistem yang terbiasa mengendalikan orang dengan imbalan dan ancaman.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah contoh paling kuat dari sosok yang digambarkan dalam kalimat tadi. Beliau memulai dakwah dalam keterasingan, tanpa kekuasaan dan tanpa harta. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Beliau menolak tawaran kekayaan, tahta, dan kompromi demi mempertahankan nilai yang diyakininya. Ketika akhirnya beliau memimpin Madinah, kekuasaannya digunakan bukan untuk memperkaya diri, tetapi untuk membangun masyarakat yang adil dan beradab. Ketulusannya membuat banyak orang tunduk bukan karena takut, tapi karena takjub. Namun, justru karena ketulusannya itulah, Beliau begitu ditakuti oleh kaum Quraisy. Bukan karena senjata, tapi karena pengaruh moral yang tidak bisa mereka hentikan.

Kita juga mengenal Mahatma Gandhi. Sosok yang memimpin perlawanan terhadap kolonialisme Inggris tanpa kekerasan, tanpa senjata. Ia hidup sederhana, menolak kekayaan dan jabatan, dan menjadikan moralitas sebagai senjatanya. Inggris tidak takut pada tentara India, tapi takut pada seorang lelaki kurus yang berpuasa dan berbicara tentang kebenaran.

Begitu pula dengan Nelson Mandela. Setelah 27 tahun dipenjara, Mandela muncul tanpa dendam. Ia memperjuangkan rekonsiliasi dan keadilan di Afrika Selatan. Ia adalah ancaman nyata bagi sistem apartheid, bukan karena kekerasan, tapi karena keteguhan moralnya karena ia tidak bisa dibeli oleh kemarahan atau kekuasaan.

Ibu Teresa pun serupa. Ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani orang miskin dan sakit di Kalkuta, dan memilih hidup dalam kemiskinan yang sama dengan mereka yang ia tolong. Banyak yang memujinya, tapi juga banyak yang mencemaskan ketulusannya karena orang yang sungguh-sungguh tulus sering kali membuat dunia merasa tak nyaman.

Dan seperti yang terpahat dalam sejarah perjuangan kita. Di medan seperti Mlati, Sleman. Ketulusan yang muncul dalam kondisi penuh tekanan kerap menjadi kekuatan paling ditakuti. Bukan karena senjata, tapi karena tekadnya. Ketulusan itu bukan mitos. Ia pernah hidup, berani, dan menakutkan bagi siapa pun yang mencoba membelinya.

Dari semua contoh ini, kita bisa melihat satu benang merah yang menyatukan mereka yaitu ketulusan yang tak bisa dibeli dan tak bisa ditundukkan. 

Ketulusan tanpa pamrih adalah kekuatan paling langka dan paling sulit dihadapi. Orang-orang seperti ini tidak bisa disuap, tidak bisa diancam, dan tidak tertarik pada penghargaan duniawi. Karena itu, mereka justru dianggap "menakutkan" oleh dunia yang terbiasa mengatur segalanya dengan imbalan.

Kalimat yang saya kutip di awal ternyata bukan hanya paradoks, tapi juga semacam peringatan bahwa orang paling kuat bukanlah yang paling keras suara atau paling tinggi jabatannya, tapi mereka yang tetap memilih memperbaiki dunia meskipun tidak menerima apa-apa sebagai imbalan.

Dan tentu saja, merekalah yang paling layak kita teladani hari ini.

Mlati, Sleman, Yogyakarta, 13 Juli 2025

*) The Noisy Mansion (Baeksoo Apateu atau Baeksoo Apartment) merupakan film asal Korea Selatan dengan genre komedi horor misteri yang dirilis pada tahun 2025. Sebelum peluncuran resminya pada 26 Februari 2025, film ini lebih dulu tayang perdana di London Korean Film Festival pada 10 November 2024. Saya menontonnya tadi malam sambil makan Pempek.

Next
This is the most recent post.
Older Post
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Ketulusan yang Tak Bisa Dibeli, Tak Bisa Ditundukkan Rating: 5 Reviewed By: I.N. Manyoe